Cerita Widodo PDIP Dikeroyok Ormas Usai Ikut Djarot Blusukan

12qwe

Penganiayaan Widodo PDIP

Tangkaslegal.com, Jakarta Widodo (32), Ketua Ranting 1 PDIP Jelambar, Jakarta Barat, berjalan sempoyongan ke kediamannya di RT 04 RW 08 Jelambar Timur, Jakarta Barat. Wajahnya yang bengkak penuh darah mengagetkan sang ibu yang menyambut kepulangannya.

Ketua Ranting 1 PDIP Jelambar itu mengalami pengeroyokan oleh sekelompok warga yang diduga merupakan anggota ormas FPI. Kejadian itu terjadi malam hari pada Jumat, 6 Januari 2017.

Peristiwa itu diduga dipicu oleh kedatangan Calon Wakil Gubernur DKI Djarot Saiful Hidayat yang blusukan ke kawasan tersebut. Saat itu, sempat ada sekelompok warga meneriakkan kata ‘haram’ kepada rombongan pendukung paslon nomor urut dua itu.

“Saya pas ngawal Pak Djarot itu pulang dari ngegojek ngawal. Tiba-tiba ormas FPI teriak haram. Saya sempat timpali bilang tidak haram,” tutur Widodo yang masih terbaring di Rumah Sakit (RS) Royal Taruma, Daan Mogot, Jakarta Barat, Sabtu (7/1/2017).

Usai mengikuti kegiatan Djarot, Widodo pun pulang ke kediamannya. Sempat dia mampir ke warung kopi sambil menikmati jajanan dan berbincang melalui telepon dengan kenalannya.

“Saya pulang sekitar pukul 10.15 WIB. Saya lagi nelpon di warung kopi. Tiba-tiba disamperin sekelompok orang,” Widodo menjelaskan.

Pembicaraan antara Widodo dengan sejumlah orang tersebut pun tiba-tiba memanas. Mereka kembali membahas soalan keharaman memilih pemimpin nonmuslim.

“Kita bicara tegang. Saya tanya apanya yang haram? Yang haram nggak ada kan? Eh ada temennya datang bilang ‘hajar aja hajar’,” ujar Widodo.

Tak ayal, perkelahian pun langsung terjadi. Warga yang berjumlah 10 orang itu menghabisi Widodo hingga babak belur. Bahkan, salah satu di antaranya meminta untuk tidak melerai perkelahian itu agar luka-luka korban semakin parah.

“Ya udah dihajar sama temen-temennya lagi pada datang. Mata saya keluar darah. Ya udah langsung enggak keliatan. Satu lawan 10 orang lah,” keluh Widodo.

Habis babak belur, Widodo masih punya kekuatan untuk kembali ke rumahnya yang berjarak sekitar 200 meter dari lokasi pengeroyokan.

“Enggak ada yang nolongin. Enggak ada yang berani nolong. Mata udah burem aja. Tetangga saya aja langsung buang muka,” Widodo menandaskan.

Peristiwa itu diduga dipicu oleh kedatangan Calon Wakil Gubernur DKI Djarot Saiful Hidayat yang blusukan ke kawasan tersebut. Saat itu, sempat ada sekelompok warga meneriakkan kata ‘haram’ kepada rombongan pendukung paslon nomor urut dua itu.

“Saya pas ngawal Pak Djarot itu pulang dari ngegojek ngawal. Tiba-tiba ormas FPI teriak haram. Saya sempat timpali bilang tidak haram,” tutur Widodo yang masih terbaring di Rumah Sakit (RS) Royal Taruma, Daan Mogot, Jakarta Barat, Sabtu (7/1/2017).

Usai mengikuti kegiatan Djarot, Widodo pun pulang ke kediamannya. Sempat dia mampir ke warung kopi sambil menikmati jajanan dan berbincang melalui telepon dengan kenalannya.

“Saya pulang sekitar pukul 10.15 WIB. Saya lagi nelpon di warung kopi. Tiba-tiba disamperin sekelompok orang,” Widodo menjelaskan.

Pembicaraan antara Widodo dengan sejumlah orang tersebut pun tiba-tiba memanas. Mereka kembali membahas soalan keharaman memilih pemimpin nonmuslim.

“Kita bicara tegang. Saya tanya apanya yang haram? Yang haram nggak ada kan? Eh ada temennya datang bilang ‘hajar aja hajar’,” ujar Widodo.

Tak ayal, perkelahian pun langsung terjadi. Warga yang berjumlah 10 orang itu menghabisi Widodo hingga babak belur. Bahkan, salah satu di antaranya meminta untuk tidak melerai perkelahian itu agar luka-luka korban semakin parah.

“Ya udah dihajar sama temen-temennya lagi pada datang. Mata saya keluar darah. Ya udah langsung enggak keliatan. Satu lawan 10 orang lah,” keluh Widodo.

Habis babak belur, Widodo masih punya kekuatan untuk kembali ke rumahnya yang berjarak sekitar 200 meter dari lokasi pengeroyokan.

“Enggak ada yang nolongin. Enggak ada yang berani nolong. Mata udah burem aja. Tetangga saya aja langsung buang muka,” Widodo menandaskan.

 

You might also like More from author

Leave A Reply

Your email address will not be published.